Festival Film Pelajar Se-Blitar Raya 2015

Pada tanggal 24 April - 7 Mei 2015 ini diadakan Festival Film Pelajar Se-Blitar Raya yang diikuti oleh siswa SMA/SMK di seluruh Kabupaten Blitar. Ini adalah Festival Film pelajar yang pertama diadakan di kabupaten Blitar. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar untuk menjaring bakat-bakat perfilman pelajar. Khusus untuk peserta dari SMA yang mendapat nilai tertinggi maka akan dikirim ke FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) tingkat propinsi. Dari Wlingiwood yang akan berpartisipasi adalah BARA Film dari SMAN 1 Talun dan PICHAMMER Film Club dari SMK PGRI Wlingi.

Acara sosialisasi Festival Film Pendek Pelajar Se-Blitar Raya. Koordinator Johan Argono.


Pada tanggal 24 April - 7 Mei 2015 ini diadakan Festival Film Pelajar Se-Blitar Raya yang diikuti oleh siswa SMA/SMK di seluruh Kabupaten Blitar. Ini adalah Festival Film pelajar yang pertama diadakan di kabupaten Blitar. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar untuk menjaring bakat-bakat perfilman pelajar. Khusus untuk peserta dari SMA yang mendapat nilai tertinggi maka akan dikirim ke FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) tingkat propinsi. Dari Wlingiwood yang akan berpartisipasi adalah BARA Film dari SMAN 1 Talun dan PICHAMMER Film Club dari SMK PGRI Wlingi.

Acara sosialisasi Festival Film Pendek Pelajar Se-Blitar Raya. Koordinator Johan Argono.


Baca

PICHAMMER Film Club, ekskul film di SMK PGRI Wlingi

Bermula dari perjumpaan kadang-kadang antara Pak Juari Wakasek Bidang Kesiswaan SMK PGRI Wlingi dengan orang-orang Wlingiwood Filmmakers tercetuslah keinginan untuk mendirikan sebuah ekskul film di sekolah tersebut. Maka tak perlu nunggu lama lagi, Wlingiwood Filmmakers pun merespon tawaran tersebut. Tepat pada 9 Februari 2015, berdirilah ekskul film di SMK PGRI Wlingi yang dikasih nama PICHAMMER. Entah apa artinya...ntar kalo ketemu anak-anak Pichammer tanyain aja hehehe

Dalam waktu dekat PICHAMMER berencana memproduksi film debut mereka.








Bermula dari perjumpaan kadang-kadang antara Pak Juari Wakasek Bidang Kesiswaan SMK PGRI Wlingi dengan orang-orang Wlingiwood Filmmakers tercetuslah keinginan untuk mendirikan sebuah ekskul film di sekolah tersebut. Maka tak perlu nunggu lama lagi, Wlingiwood Filmmakers pun merespon tawaran tersebut. Tepat pada 9 Februari 2015, berdirilah ekskul film di SMK PGRI Wlingi yang dikasih nama PICHAMMER. Entah apa artinya...ntar kalo ketemu anak-anak Pichammer tanyain aja hehehe

Dalam waktu dekat PICHAMMER berencana memproduksi film debut mereka.








Baca

6 Tahun SAANANE

Gerakan komunal. Dulu istilah inilah yang dingiangkan di kupingku oleh sahabatku Johan Argono, seorang akademisi edukator dari Wlingiwood. Dengan berbasis istilah itulah kami lalu mendirikan komunitas yang kami namakan SAANANE. SAANANE artinya seadanya. Maknanya adalah bahwa kita bisa berkarya tanpa dibatasi oleh kondisi. Itu kami buktikan dengan produksi rutin tiap tahun. Kalau sekarang banyak yang melihat kegiatan film di kota ndeso ini begitu aktif, itu tak lepas dari sanggar kreatif ini.


SAANANE berdiri dengan pemikiran bahwa anak muda perlu mendapat wadah penyaluran bakat dan energi. Saya sendiri orangnya kan gampang prihatinan. Misalnya lihat anak-anak muda nongkrong tanpa kegiatan, vandalis, mulai ngonsumsi narkoba dll. Nah daripada cuman update status mengeluh keadaan (yang mana hanya akan jadi wacana) saya berpikir bahwa mustinya ada yang bisa dilakukan sekecil apapun. Kebetulan di Wlingiwood saat itu belum ada kegiatan yang neko-neko semacam sanggar kreatif.


Berbekal niat sederhana ingin “pecicilan” maka terbentuklah Sanggar SAANANE. Komunitas ini menjadi semacam universitas, padepokan, paguyuban atau apapun selama kita masih bisa “obah” dan “pecicilan”. Entah apa yang sekarang dicapai oleh para warga komunitas ini setelah kemudian terjun di masyarakat, yang jelas kalo saya pribadi bisa bilang….saya sekolah film itu di sini. Gurunya siapa? Ya keadaan, ya permasalahan, ya keterbatasan.















Sanggar SAANANE adalah sebuah embrio dari gerakan kreatif di Wlingiwood. Bagi kami ini adalah gerakan nyata sebagai antitesis “nulis status doang”. Keadaan yang kita keluhkan mungkin sukar diubah, tapi pasti ada satu langkah kecil yang bisa kita lakukan. Wlingiwood itu aslinya cuman ndeso. Rasa-rasanya nyaris mustahil bikin kegiatan film di sini. Lha wong film itu kan hobi mahal…
Tapi kalo nggak dicoba ya gimana kita tahu?

Atau kita tetap saja menyalahkan keadaan?

Happy ambal warso Sanggar SAANANE (sejak 2009)

Sekilas tentang Sanggar SAANANE bisa dibaca di SINI.


Wlingi 1 Mei 2015


Gugun, lulusan SAANANE dan Wong Wlingiwood
Gerakan komunal. Dulu istilah inilah yang dingiangkan di kupingku oleh sahabatku Johan Argono, seorang akademisi edukator dari Wlingiwood. Dengan berbasis istilah itulah kami lalu mendirikan komunitas yang kami namakan SAANANE. SAANANE artinya seadanya. Maknanya adalah bahwa kita bisa berkarya tanpa dibatasi oleh kondisi. Itu kami buktikan dengan produksi rutin tiap tahun. Kalau sekarang banyak yang melihat kegiatan film di kota ndeso ini begitu aktif, itu tak lepas dari sanggar kreatif ini.


SAANANE berdiri dengan pemikiran bahwa anak muda perlu mendapat wadah penyaluran bakat dan energi. Saya sendiri orangnya kan gampang prihatinan. Misalnya lihat anak-anak muda nongkrong tanpa kegiatan, vandalis, mulai ngonsumsi narkoba dll. Nah daripada cuman update status mengeluh keadaan (yang mana hanya akan jadi wacana) saya berpikir bahwa mustinya ada yang bisa dilakukan sekecil apapun. Kebetulan di Wlingiwood saat itu belum ada kegiatan yang neko-neko semacam sanggar kreatif.


Berbekal niat sederhana ingin “pecicilan” maka terbentuklah Sanggar SAANANE. Komunitas ini menjadi semacam universitas, padepokan, paguyuban atau apapun selama kita masih bisa “obah” dan “pecicilan”. Entah apa yang sekarang dicapai oleh para warga komunitas ini setelah kemudian terjun di masyarakat, yang jelas kalo saya pribadi bisa bilang….saya sekolah film itu di sini. Gurunya siapa? Ya keadaan, ya permasalahan, ya keterbatasan.















Sanggar SAANANE adalah sebuah embrio dari gerakan kreatif di Wlingiwood. Bagi kami ini adalah gerakan nyata sebagai antitesis “nulis status doang”. Keadaan yang kita keluhkan mungkin sukar diubah, tapi pasti ada satu langkah kecil yang bisa kita lakukan. Wlingiwood itu aslinya cuman ndeso. Rasa-rasanya nyaris mustahil bikin kegiatan film di sini. Lha wong film itu kan hobi mahal…
Tapi kalo nggak dicoba ya gimana kita tahu?

Atau kita tetap saja menyalahkan keadaan?

Happy ambal warso Sanggar SAANANE (sejak 2009)

Sekilas tentang Sanggar SAANANE bisa dibaca di SINI.


Wlingi 1 Mei 2015


Gugun, lulusan SAANANE dan Wong Wlingiwood
Baca

Sanggar SAANANE, Wadah Kegilaan Berkreasi Dalam Keterbatasan

Apa itu SAANANE?

SAANANE adalah bahasa Jawa untuk "seadanya". Ini adalah nama komunitas kreatif di kota kecil saya, Wlingi (satu jam ke timur dari Blitar Kota). Namanya begitu karena kami memang seadanya. Apa yang ada kita manfaatkan berkreasi. Kegiatan kami adalah antara lain bikin film (dengan mikro bahkan zero budget), bikin kerajinan ukir-ukiran, workshop untuk pemuda kampung, latihan kanuragan rutin dll. Ini komunitas multi talent.
Logo Sanggar SAANANE (mirip lambang partai...heh heh)

Para pasukan siap bikin film di WOLFINDEN 2011
Kalau anda main ke tempat kami, anda akan mendapati sebuah gerbang. Di dalam lalu terlihat ada sedikit halaman lapang dan sebuah gazebo. Di sinilah kami berbasis. Beruntung kami dipersilakan menempati tempat yang aslinya milik keluarga Pak Margan Mudjito ini. Kok kami bisa dapat lokasi semudah ini? Tentu saja karena salah satu pendiri komunitas adalah putra almarhum Pak Margan. Dia Johan Argono, sahabat saya.

Di Sanggar SAANANE, setiap rabu sore dan minggu, biasanya anda akan mendapati remaja-remaja berjumpalitan, salto, ber-Capoeira, Silat, Parkour, Wushu dll. Atau kadang ada yang sibuk dengan mesin ukir, membuat motif-motif di tempurung buah maja. Pada waktu-waktu tertentu kita nongkrong, entah karena rapat produksi atau cuma nongkrong saja di gazebo. Yang paling ramai mungkin sekitar bulan Februari hingga Mei. Pada empat bulan itu, tiap tahun kami mengadakan acara yang disebut WOLFINDEN (Workshop Film Independen) yaitu program bikin film bareng. Tak hanya anggota Sanggar SAANANE atau anggota teater SMA (Teater BARA) tempat saya melatih, kami juga menggandeng orang-orang luar, masyarakat, kadang pejabat. Kita bikin film bareng yang kemudian ditonton bareng-bareng. Soal biaya? Ya bisa dari mana saja. Biasanya malah nyaris nol. Kamera kami pinjam, lighting dan alat-alat lain kami bikin atau modifikasi sendiri.

Poster kegiatan WOLFINDEN yang pertama
Poster kegiatan WOLFINDEN yang pertama

Intinya, kalau mau kreatif yang diperlukan cuma perlu kemauan. Tak usah mikir fasilitas atau dana duluan. Komunitas kami sejak 2009 sampai sekarang berkarya benar-benar dengan alat seadanya. Kalau pun pernah pakai alat bagus, itu juga pinjam. Awal membangun komunitas ini, kami hanya tahu kegiatan semacam ini lazimnya ada di kota besar. Komunitas film? Hanya ada di kota besar. Komunitas urban sport? Tak banyak. Sanggar SAANANE kami bangun dengan semangat berbagi kegilaan kreativitas agar kota kecil kami jadi hidup.

Saya pribadi miris lihat banyak generasi muda mengisi waktu dengan merusak diri. Tawuran, balapan liar, alkohol, drug, seks bebas (hmmm...saya suka juga sih lihat rekamannya...yang 3gp itu...tapi hati tetap aja miris he he he mereka terlalu muda untuk rusak). Saya jadi tidak tenang melihat itu ada di sekitar saya. Sementara saya sendiri juga nggak suka berkotbah atau ceramah. Karena alasan inilah saya ingin melakukan sesuatu yang efektif. 

Dari mana awalnya semua bermula?

Kira-kira 5 tahunan silam, sahabat saya Johan Argono (yang saya sebut di atas) berdiskusi dengan saya tentang sebuah ide. Seingat saya, kami membahasnya sambil nongkrong di pinggir jalan dekat rumah. Kebetulan itu masa-masa paska lebaran, jadi ada cukup waktu buat ngobrol bagi kami yang sama-sama punya kegiatan di beda kota. Ya, saat itu saya masih bolak-balik Jogja-Wlingi sedangkan Johan memutuskan menetap di Wlingi. Saat itu saya sudah rampung kuliah (yang 9an tahun) sedang Johan belum diangkat jadi PNS.

Johan Argono dan saya di screening WOLFINDEN 2010Johan Argono dan saya di screening WOLFINDEN 2010

Ide Johan adalah bagaimana membuat sebuah komunitas yang bisa mewadahi pemuda untuk jadi kreatif. Johan yang saya kenal sejak SMP memang suka sekali berkomunitas. Dia aktif di ekskul dan kepengurusan OSIS. Waktu itu saya menawarkan ide semacam komunitas dengan kegiatan budaya, musik atau apalah yang bisa mempelopori aktivitas kreatif di kota kami. Kami berdua sangat terkenang dengan Wlingi di masa 80an. Masa itu, bayangkan, kota kecil (yang cenderung disebut desa) punya 3 gedung bioskop, ada pertunjukan seni rutin, ada ketoprak (waktu itu masa kejayaan Siswo Budoyo), ada sanggar tari dll. Sementara pada saat kami ngobrol itu, Wlingi vakum dari kegiatan budaya yang rutin. Sayang visi kami saat itu terjeda karena saya balik ke Jogja dan Johan sibuk mengajar.

"Tugu Garuda", salah satu landmark Wlingi. Sebenarnya sih tugu kelompencapir...
"Tugu Garuda", salah satu landmark Wlingi. Sebenarnya sih tugu kelompencapir...
Teater BARA SMANTA, komunitas yang berperan penting dalam terbentuknya Sanggar SAANANETeater BARA SMANTA, komunitas yang berperan penting dalam terbentuknya Sanggar SAANANE

Tahun 2009, saya terpaksa pulang ke Wlingi dan tak punya dana untuk melanjutkan cita-cita di Jogja (gamblangnya, saya gagal atau menggagalkan diri...ada ceritanya tersendiri). Saya menganggur di rumah. Paling kerjaan ya mengajar di bimbel dengan upah 9000 rupiah per jam. Johan mengajak saya untuk mengajari murid-murid teaternya di SMA untuk bikin film. Saya tanya, kameranya macam apa? Dia hanya menunjukkan kamera saku. Mirip punya saya tapi lebih canggih. Ya, nggak masalah. Itu masih bisa dipakai. 

"Tanggal Merah", film pertama di WOLFINDEN (2009)"Tanggal Merah", film pertama di WOLFINDEN (2009)

Maka lahirlah film pendek berdurasi sekitar 25 menit karya anak-anak SMA berjudul "Tanggal Merah". Ini film pertama yang kami buat di kota ini. Selanjutnya saya menggantikan mengajar teater (dan juga film) di sekolah itu, karena Johan pindah mengajar ke Blitar. Kegiatan ini kemudian menjadi pemantik lahirnya komunitas yang Johan utarakan dulu, waktu nongkrong di pinggir jalan. Kami namai komunitas ini Sanggar Kreatif SAANANE yang kemudian cukup Sanggar SAANANE saja. Sampai tahun 2012 kurang lebih ada 12 film kami bikin. Nggak ada yang meliput. Belum ada wartawan tertarik meliput.

PETSU Gelombang 1PETSU Gelombang 1
PETSU Gelombang 2PETSU Gelombang 2
PETSU Gelombang 3 & The Monkey Blitz ParkourPETSU Gelombang 3 & The Monkey Blitz Parkour
PETSU Gelombang 4PETSU Gelombang 4
Latihan rutin PETSU di Sanggar SAANANELatihan rutin PETSU di Sanggar SAANANE
Latihan PETSULatihan PETSU

Sejak kelahiran film "Tanggal Merah", kreativitas kami makin menggila. Lebih gila lagi karena kami menggagas kegiatan rutin latihan kanuragan yang bernama Pecicilan-Jutsu Club yang kemudian menjadi PETSU (Paduan Energi Semangat Teknik & Usaha). Peserta PETSU inilah yang tiap rabu dan minggu berjumpalitan di Sanggar. Bersama anak-anak pecicilan itu kami bikin film indie panjang pertama kami (mungkin pertama di kota kami) berjudul "APYUN". Lalu anak-anak Sanggar juga punya ide bikin kegiatan latihan Parkour pertama di Blitar. Lahirlah The Monkey Blitz. Pada masa berikutnya ada lebih banyak kegiatan diadakan komunitas kami, misalnya pelatihan bisnis online, belajar notasi musik bersama, pelatihan ukir, bincang-bincang soal film independent, peringatan hari film nasional, jualan ukiran buah maja dll. 

Rolling and...action! (Nyuting bidadari mandi)Rolling and...action! (Nyuting bidadari mandi)
Syuting film action pertamaSyuting film action pertama
Workshop ukir di Gazebo SanggarWorkshop ukir di Gazebo Sanggar
Mengukir buah maja
Mengukir buah maja
Ukiran buah maja siap dijual
Ukiran buah maja siap dijual

Sampai saat ini kami terus saja melakukan kegilaan-kegilaan kreatif di kota ini. Berharap ini menjadi semacam investasi budaya. Ke depan kami berharap kegilaan ini menular ke seluruh kota sehingga bangsa ini punya masa depan dengan generasi mudanya.

Memulai perubahan itu sederhana, mulai saja dari apa yang kita suka.

-----------

Repost oleh Gugun, lulusan SAANANE dan Wong Wlingiwood

Apa itu SAANANE?

SAANANE adalah bahasa Jawa untuk "seadanya". Ini adalah nama komunitas kreatif di kota kecil saya, Wlingi (satu jam ke timur dari Blitar Kota). Namanya begitu karena kami memang seadanya. Apa yang ada kita manfaatkan berkreasi. Kegiatan kami adalah antara lain bikin film (dengan mikro bahkan zero budget), bikin kerajinan ukir-ukiran, workshop untuk pemuda kampung, latihan kanuragan rutin dll. Ini komunitas multi talent.
Logo Sanggar SAANANE (mirip lambang partai...heh heh)

Para pasukan siap bikin film di WOLFINDEN 2011
Kalau anda main ke tempat kami, anda akan mendapati sebuah gerbang. Di dalam lalu terlihat ada sedikit halaman lapang dan sebuah gazebo. Di sinilah kami berbasis. Beruntung kami dipersilakan menempati tempat yang aslinya milik keluarga Pak Margan Mudjito ini. Kok kami bisa dapat lokasi semudah ini? Tentu saja karena salah satu pendiri komunitas adalah putra almarhum Pak Margan. Dia Johan Argono, sahabat saya.

Di Sanggar SAANANE, setiap rabu sore dan minggu, biasanya anda akan mendapati remaja-remaja berjumpalitan, salto, ber-Capoeira, Silat, Parkour, Wushu dll. Atau kadang ada yang sibuk dengan mesin ukir, membuat motif-motif di tempurung buah maja. Pada waktu-waktu tertentu kita nongkrong, entah karena rapat produksi atau cuma nongkrong saja di gazebo. Yang paling ramai mungkin sekitar bulan Februari hingga Mei. Pada empat bulan itu, tiap tahun kami mengadakan acara yang disebut WOLFINDEN (Workshop Film Independen) yaitu program bikin film bareng. Tak hanya anggota Sanggar SAANANE atau anggota teater SMA (Teater BARA) tempat saya melatih, kami juga menggandeng orang-orang luar, masyarakat, kadang pejabat. Kita bikin film bareng yang kemudian ditonton bareng-bareng. Soal biaya? Ya bisa dari mana saja. Biasanya malah nyaris nol. Kamera kami pinjam, lighting dan alat-alat lain kami bikin atau modifikasi sendiri.

Poster kegiatan WOLFINDEN yang pertama
Poster kegiatan WOLFINDEN yang pertama

Intinya, kalau mau kreatif yang diperlukan cuma perlu kemauan. Tak usah mikir fasilitas atau dana duluan. Komunitas kami sejak 2009 sampai sekarang berkarya benar-benar dengan alat seadanya. Kalau pun pernah pakai alat bagus, itu juga pinjam. Awal membangun komunitas ini, kami hanya tahu kegiatan semacam ini lazimnya ada di kota besar. Komunitas film? Hanya ada di kota besar. Komunitas urban sport? Tak banyak. Sanggar SAANANE kami bangun dengan semangat berbagi kegilaan kreativitas agar kota kecil kami jadi hidup.

Saya pribadi miris lihat banyak generasi muda mengisi waktu dengan merusak diri. Tawuran, balapan liar, alkohol, drug, seks bebas (hmmm...saya suka juga sih lihat rekamannya...yang 3gp itu...tapi hati tetap aja miris he he he mereka terlalu muda untuk rusak). Saya jadi tidak tenang melihat itu ada di sekitar saya. Sementara saya sendiri juga nggak suka berkotbah atau ceramah. Karena alasan inilah saya ingin melakukan sesuatu yang efektif. 

Dari mana awalnya semua bermula?

Kira-kira 5 tahunan silam, sahabat saya Johan Argono (yang saya sebut di atas) berdiskusi dengan saya tentang sebuah ide. Seingat saya, kami membahasnya sambil nongkrong di pinggir jalan dekat rumah. Kebetulan itu masa-masa paska lebaran, jadi ada cukup waktu buat ngobrol bagi kami yang sama-sama punya kegiatan di beda kota. Ya, saat itu saya masih bolak-balik Jogja-Wlingi sedangkan Johan memutuskan menetap di Wlingi. Saat itu saya sudah rampung kuliah (yang 9an tahun) sedang Johan belum diangkat jadi PNS.

Johan Argono dan saya di screening WOLFINDEN 2010Johan Argono dan saya di screening WOLFINDEN 2010

Ide Johan adalah bagaimana membuat sebuah komunitas yang bisa mewadahi pemuda untuk jadi kreatif. Johan yang saya kenal sejak SMP memang suka sekali berkomunitas. Dia aktif di ekskul dan kepengurusan OSIS. Waktu itu saya menawarkan ide semacam komunitas dengan kegiatan budaya, musik atau apalah yang bisa mempelopori aktivitas kreatif di kota kami. Kami berdua sangat terkenang dengan Wlingi di masa 80an. Masa itu, bayangkan, kota kecil (yang cenderung disebut desa) punya 3 gedung bioskop, ada pertunjukan seni rutin, ada ketoprak (waktu itu masa kejayaan Siswo Budoyo), ada sanggar tari dll. Sementara pada saat kami ngobrol itu, Wlingi vakum dari kegiatan budaya yang rutin. Sayang visi kami saat itu terjeda karena saya balik ke Jogja dan Johan sibuk mengajar.

"Tugu Garuda", salah satu landmark Wlingi. Sebenarnya sih tugu kelompencapir...
"Tugu Garuda", salah satu landmark Wlingi. Sebenarnya sih tugu kelompencapir...
Teater BARA SMANTA, komunitas yang berperan penting dalam terbentuknya Sanggar SAANANETeater BARA SMANTA, komunitas yang berperan penting dalam terbentuknya Sanggar SAANANE

Tahun 2009, saya terpaksa pulang ke Wlingi dan tak punya dana untuk melanjutkan cita-cita di Jogja (gamblangnya, saya gagal atau menggagalkan diri...ada ceritanya tersendiri). Saya menganggur di rumah. Paling kerjaan ya mengajar di bimbel dengan upah 9000 rupiah per jam. Johan mengajak saya untuk mengajari murid-murid teaternya di SMA untuk bikin film. Saya tanya, kameranya macam apa? Dia hanya menunjukkan kamera saku. Mirip punya saya tapi lebih canggih. Ya, nggak masalah. Itu masih bisa dipakai. 

"Tanggal Merah", film pertama di WOLFINDEN (2009)"Tanggal Merah", film pertama di WOLFINDEN (2009)

Maka lahirlah film pendek berdurasi sekitar 25 menit karya anak-anak SMA berjudul "Tanggal Merah". Ini film pertama yang kami buat di kota ini. Selanjutnya saya menggantikan mengajar teater (dan juga film) di sekolah itu, karena Johan pindah mengajar ke Blitar. Kegiatan ini kemudian menjadi pemantik lahirnya komunitas yang Johan utarakan dulu, waktu nongkrong di pinggir jalan. Kami namai komunitas ini Sanggar Kreatif SAANANE yang kemudian cukup Sanggar SAANANE saja. Sampai tahun 2012 kurang lebih ada 12 film kami bikin. Nggak ada yang meliput. Belum ada wartawan tertarik meliput.

PETSU Gelombang 1PETSU Gelombang 1
PETSU Gelombang 2PETSU Gelombang 2
PETSU Gelombang 3 & The Monkey Blitz ParkourPETSU Gelombang 3 & The Monkey Blitz Parkour
PETSU Gelombang 4PETSU Gelombang 4
Latihan rutin PETSU di Sanggar SAANANELatihan rutin PETSU di Sanggar SAANANE
Latihan PETSULatihan PETSU

Sejak kelahiran film "Tanggal Merah", kreativitas kami makin menggila. Lebih gila lagi karena kami menggagas kegiatan rutin latihan kanuragan yang bernama Pecicilan-Jutsu Club yang kemudian menjadi PETSU (Paduan Energi Semangat Teknik & Usaha). Peserta PETSU inilah yang tiap rabu dan minggu berjumpalitan di Sanggar. Bersama anak-anak pecicilan itu kami bikin film indie panjang pertama kami (mungkin pertama di kota kami) berjudul "APYUN". Lalu anak-anak Sanggar juga punya ide bikin kegiatan latihan Parkour pertama di Blitar. Lahirlah The Monkey Blitz. Pada masa berikutnya ada lebih banyak kegiatan diadakan komunitas kami, misalnya pelatihan bisnis online, belajar notasi musik bersama, pelatihan ukir, bincang-bincang soal film independent, peringatan hari film nasional, jualan ukiran buah maja dll. 

Rolling and...action! (Nyuting bidadari mandi)Rolling and...action! (Nyuting bidadari mandi)
Syuting film action pertamaSyuting film action pertama
Workshop ukir di Gazebo SanggarWorkshop ukir di Gazebo Sanggar
Mengukir buah maja
Mengukir buah maja
Ukiran buah maja siap dijual
Ukiran buah maja siap dijual

Sampai saat ini kami terus saja melakukan kegilaan-kegilaan kreatif di kota ini. Berharap ini menjadi semacam investasi budaya. Ke depan kami berharap kegilaan ini menular ke seluruh kota sehingga bangsa ini punya masa depan dengan generasi mudanya.

Memulai perubahan itu sederhana, mulai saja dari apa yang kita suka.

-----------

Repost oleh Gugun, lulusan SAANANE dan Wong Wlingiwood

Baca

JUKNIS LOMBA FILM PENDEK FLS2N 2015

Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar menyelenggarakan Festival Film Pendek
yang diikuti seluruh sekolah menengah dan yang sederajat di kantor dinas Departemen Pendidikan.
Pemenang dari SMA akan diberangkatkan berlaga di FLS2N tingkat propinsi.
Tahun lalu yang berangkat adalah BARA Film Production dari SMAN 1 Talun. 

Berikut juknis buat lomba film pendek di FLS2N 2015.

A. Latar Belakang

Film bukanlah merupakan hal baru dalam kehidupan masyarakat, dan juga tidak hanya sebagai media hiburan saja   melainkan  sebagai  media  komunikasi  antara pembuat film dengan penontonnya. Di samping itu, film juga merupakan wahana edukasi yang efektif di tengah masyarakat yang antara lain bertujuan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman baru, maupun perubahan prilaku dan pola piker di tengah masyarakat.
Di Indonesia, berbagai jenis film sudah mulai merebak. Film  pendek  merupakan  salah  satu  jenis  film  yang sedang tersorot dewasa ini.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), generasi muda Indonesia, termasuk pelajar/siswa  sudah  makin  antusias  dalam  mencari, menyaksikan, bahkan membuat film pendek. Melalui berbagai karya film pendek yang telah dihasilkan, dapat dipandang sebagai bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia saat ini mampu berkarya untuk memajukan dunia perfilman nasional melalui ajang festival yang diadakan  oleh lembaga dalam maupun luar negeri. Mereka kini sudah mulai berlomba untuk bersaing dalam membuat dan mengikuti berbagai festival-festival film pendek (Media Indonesia, 2008).
Tumbuhnya minat  menonton dan  minat mencipta di klub-klub film amatir di beberapa SMA kini sudah mulai menyaingi popularitas kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Menyadari dan berkaca pada realitas tersebut  di atas, Pemerintah melalui Direktorat  Pembinaan SMA,  Direktorat Jenderal Pendidikan  Menengah – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejak tahun 2014 telah melakukan fasilitasi dengan memunculkan Lomba Film Pendek dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) untuk pertama kalinya di Semarang – Jawa Tengah.
Pada penyelenggaraan FLS2N tahun 2015, Lomba Film Pendek  tetap  diselenggarakan  mengingat  besarnya minat dan potensi para siswa SMA di Indonesia terhadap kreativitas film.
TOR  merupakan  panduan  pelaksanaan  Lomba  Film Pendek  FLS2N 2015 yang diselenggarakan di  Kota Palembang – Sumetera Selatan.

B. Tujuan

Tujuan pelaksanaan Lomba Film Pendek FLS2N 2015, adalah:

1. Menumbuhkan kesadaran siswa tentang  pentingnya pendidikan menengah atas bagi  kemajuan  bangsa melalui media film.
2. Menggugah masyarakat, terutama generasi muda, agar kritis terhadap pentingnya pendidikan menengah  atas sebagai pilar kemajuan bangsa melalui media film.

C. Sasaran

Sasaran pelaksanaan kegiatan Lomba Film Pendek Tingkat SMA pada  FLS2N Tahun 2015, adalah sebanyak 102 (seratus dua) orang siswa SMA Negeri/Swasta di Seluruh Indonesia, dengan perincian 3 (tiga) orang peserta per- Provinsi.

I. KONSEP FILM PENDEK, KONSEP LOMBA, DAN TEMA LOMBA

A. Definisi Film Pendek

Film  pendek  adalah  sebuah  karya  audio-visual  yang berdurasi  pendek  dan  bercerita  dengan singkat.  Satu situasi yang terjadi dalam kehidupan tokoh atau subyek tertentu yang mencerminkan tema.

B. Jenis Film Pendek

1. Film Drama (Fiksi) dikenal sebagai film yang memiliki alur  cerita dan  konflik, digerakkan oleh tokoh yang memiliki motif (alasan)  tertentu. Tokoh  ini  kemudian ‘membawa’ penonton masuk ke dalam sebuah situasi atau peristiwa.
2. Film Non-Drama (Dokumenter) menyajikan fakta/realita melalui berbagai cara dan tujuan. Sifatnya orisinil dan otentik yang memiliki keakuratan,  logis, dan didasari data yang valid. Karakter yang  dimunculkan mewakili orang atau subjek tertentu yang keberadaanya faktual dan otentik dan relevan dengan realitas tertentu.

C. Konsep Lomba

Lomba film pendek ini dikemas dalam konsep “Road Movie”, yakni film yang peristiwanya menggambarkan perjalanan tokoh atau subyek tertentu dari satu tempat ke tempat lainnya. Konsep “Road Movie” dalam lomba film pendek ini diarahkan untuk mempromosikan nilai-nilai tertentu melalui karya film sesuai dengan tema lomba.

Masing-masing karya film pendek peserta bercerita tentang ‘perjalanan’ atau ‘peristiwa’ tentang seorang manusia atau suatu subyek yang merupakan cerminan kisah atau sudut pandang pembuatnya. Sehingga karya film tersebut mampu menggambarkan ruang dan waktu di mana pembuatnya hidup.

D. Tema Lomba

Tema lomba adalah “Mewujudkan  Revolusi  Mental Lewat Seni”.

Pengertian tema lomba tersebut adalah gerakan perubahan pola prilaku, pola pikir, dan/atau budaya tertentu secara sesegera mungkin melalui strategi tertentu. Seni dipandang sebagai salah satu cara yang strategis dalam mewujudkan revolusi mental tersebut melalui pesan-pesan perubahan yang disampaikan dalam karya seni tertentu.

II. KRITERIA PESERTA DAN KRITERIA KARYA

A. Kriteria Peserta

Masing-masing Provinsi menyertakan 1 (satu) tim produksi lomba film pendek yang terdiri atas 3 (tiga) orang peserta, dengan kriteria peseta sebagai berikut:

1. Siswa Kelas X dan/atau Kelas XI SMA Negeri/Swasta dari  Provinsi  bersangkutan,  yang  dibuktikan  dengan Surat  Keterangan  dari  Kepala  SMA  masing-masing peserta.
2. Para peserta memiliki kemampuan membuat film.
3. Para peserta merupakan pemenang terbaik dari  hasil seleksi  Lomba  Film  Pendek  tingkat  Provinsi  Tahun 2015, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, maupun oleh pihak lain (Dinas lain di tingkat Provinsi,   Komunitas   Film   di   Provinsi,   dsb.)   yang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi, yang dibuktikan dengan Berita Acara Dewan Juri pelaksanaan Lomba Film Pendek tingkat Provinsi Tahun 2015.
4. Para  peserta  merupakan  tim  Provinsi   (perwakilan Provinsi). Dapat berasal dari SMA yang sama, maupun dari SMA   berbeda, yang berasal dari  Provinsi yang bersangkutan.

B. Kriteria Karya

Kriteria Karya Film Pendek yang disertakan dalam Lomba Film Pendek, mencakup Kriteria Isi, Kriteria Teknis, dan Kriteria Administratif.

1. Kriteria Isi

a. Berisi saran, imbauan, seruan, dan solusi  sesuai dengan tema lomba.
b. Isi film harus menarik, komunikatif, dan inspiratif.

Menarik: Konsep  Road  Movie  akan menggambarkan   lokasi yang  menarik atau suasana dan kebiasaan tertentu dari daerah atau wilayah (tempat tinggal) para pembuat film, yang kemudian menjadi latar belakang dari cerita dan pesan yang akan disampaikan.
Komunikatif: Kekuatan film adalah menggunakan unsur gambar (visual) dalam menuturkan cerita atau menyampaikan pesan. Unsur suara (dialog, musik,  Sound  effect) tetap dapat digunakan sebagai penunjang.
Inspiratif: Isi Film dapat membangkitkan kesadaran masyarakat umum khususnya para pemuda dan pelajar bahwa pendidikan memiliki peran dalam pembentukan karakter anak bangsa.

c. Merupakan ekspresi yang bersifat bebas tetapi tetap menjaga nilai-nilai kesopanan, tidak  menyinggung SARA, dan tidak mengandung unsur pornografi.
d. Menekankan ide atau gagasan dengan tetap mempertimbangkan unsur keindahan dari  sudut teknis, baik kamera, artistik, pengadeganan, musik, dan editing.
e. Film  bersifat Open  Ending karena film yang menjadi pemenang di propinsi/kota harus  memiliki keterkaitan dengan lokasi final lomba film  pendek diadakan FLS2N 2015, yaitu di Kota Palembang – Sumatera Selatan.
f. Kerangka Isi Karya Film (Kerangka Program)

1) Starting : Logo Provinsi
2) Opening : Main Title
3) Content (Isi Film)
4) Ending: Fade Out
5) Closing:
-Credit Title (Nama Pemain dan Tim Produksi)
- Ucapan Terimakasih/Dedikasi
-Imposing Copyright FLS2N 2015 – Direktorat Pembinaan SMA
-Blank

2. Kriteria Teknis

a. Durasi Film: Maksimal 3 (tiga) Menit.
b. Film dibuat dengan memanfaatkan teknologi digital, dengan ketentuan:
1) Menggunakan kamera digital (DSLR,  Handy- Cam, GoPro, dsb.) atau piranti  (gadget) jenis lainnya yang menggunakan  format HD (High Definition).
2) Hasil Akhir berbentuk data, dengan alternative format:
Quicktime Movie (mov), sound rate:  48.000 khz, size: 16 bit. 25 Fps, dengan Aspec Ratio: 16:9.
Mpeg 4 (Mp 4), Image size: 1920x1080 HD,
1280x720 HD, 25 Fps, Audio: Rate 48000 khz size 16 bit, dengan Aspec Ratio: 16:9
c. Tidak menggunakan footage, dan stock-shot gambar yang dibuat oleh orang di luar anggota tim.
d. Tidak menggunakan musik/lagu, tanpa ijin  pemilik hak cipta karya tersebut.

3. Kriteria Administratif (Format Terlampir)

a. IDE POKOK dirumuskan dalam satu kalimat  yang berisi gagasan dasar. Gagasan dasar ini merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.
b. SINOPSIS sebanyak 1 (satu) paragraf.
c. SKENARIO yang harus selesai dalam waktu yang telah ditetapkan.

III. MEKANISME PELAKSANAAN LOMBA

Pelaksanaan Lomba Film Pendek FLS2N Tahun 2015 dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut.

A. Tahap Pra-Produksi

1. Konsep road movie sangat berhubungan dengan lokasi shooting karena memiliki kontribusi kuat pada TEMA. Lokasi shooting menjadi latar belakang cerita. Keutuhan cerita terbentuk antara lokasi shooting   pembuat film dan lokasi final film pendek yang akan dilangsungkan di Palembang. Para peserta harus menghasilkan karya film yang isinya  mengkombinasikan gambar-gambar film  yang  berlokasi  di  daerah  asal  peserta  dengan lokasi tempat pelaksanaan FLS2N 2015 (Palembang – Sumatera  Selatan). Catatan:  Apabila  merupakan tuntutan  skenario, para  peserta diperbolehkan melakukan  pengambilan gambar saat melakukan perjalanan dari daerah asal masing-masing menuju kota tempat penyelenggaraan FLS2N 2015.
2. Penyelenggara telah menetapkan 3 (tiga) tempat/lokasi pengambilan gambar di Palembang, yaitu:

a. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya  atau sebelumnya  dikenal dengan nama Situs Karanganyar. Taman purbakala bekas kawasan permukiman dan taman berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepi utara Sungai Musi di kota Palembang, Sumatera Selatan.
b. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II,  letaknya di tepi sungai Musi bersebelahan dengan Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera.
c. Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil  di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari   Jembatan Ampera.

3. Masing-masing tim peserta akan ditempatkan di lokasi yang berbeda, yang penentuannya akan dilakukan saat pertemuan teknis di Palembang.
4. Untuk mempermudah dalam pengembangan skenario, para    peserta  pemenang hasil seleksi provinsi disarankan untuk  melihat gambar-gambar lokasi di ajang FLS2N 2015. Masing-masing lokasi yang diunduh di situs: http://psma.kemdibud.go.id.
Catatan: meskipun masing-masing tim peserta akan  ditempatkan  pada 1 (satu) lokasi pengambilan gambar saja, namun masing-masing  tim  peserta disarankan menyiapkan 3 (tiga) konsep skenario sesuai dengan 3 (tiga) lokasi tersebut.
5. Persyaratan administratif sebagaimana tertera pada ketentuan III. B. 3, butir a, b, dan c, harus diserahkan kepada panyelenggara/deawan juri dalam batas waktu yang akan ditentukan saat pertemuan teknis.

B. Tahap Produksi

1. Masing-masing Tim Peserta akan  melakukan pengambilan gambar di lokasi yang telah  ditetapkan dalam pertemuan teknis.
2. Waktu pengambilan gambar selama 1 (satu) hari.
3. Setiap peserta diharuskan berkarya dengan tertib, tenang, dan tidak merusak yang ada di  lokasi pengambilan gambar.
4. Setiap peserta dilarang membantu dan dibantu  oleh peserta di luar tim atau pihak manapun.
5. Peralatan produksi (kamera, lighting,  sound-sistem, property, dsb.) harus disiapkan oleh masing-masing tim produksi peserta sesuai dengan kebutuhannya.

C. Tahap Pasca-Produksi

1. Setiap tim peserta harus melakukan proses pasca-produksi   (editing,  pengisian musik,  sound-effect, grafis, dsb.) pada tempat yang telah  ditentukan oleh penyelenggara.
2. Waktu pelaksanaan pasca-produksi selama 1 (satu) hari.
3. Setiap tim peserta diharuskan berkarya dengan tertib, tenang, dan tidak merusak yang ada di lokasi  pasca- produksi.
4. Setiap tim peserta dilarang membantu dan dibantu oleh peserta di luar tim atau pihak manapun dalam produksi pasca-produksi.
5. Peralatan  pasca-produksi harus disiapkan oleh masing-masing  tim produksi peserta sesuai dengan kebutuhannya.

D. Penyerahan Hasil Karya

1. Karya dikumpulkan menggunakan media flash disk masing-masing tim peserta kepada  penyelenggara/ dewan  juri  dengan  memperhatikan  ketentuan  yang terdapat pada ketentuan III. B. 1. Butir f dan Ketentuan III. B. 2. Butir a dan b dalam panduan/TOR ini.
2. Tenggat waktu (dead-line) penyerahan hasil karya para peserta akan ditentukan dalam pertemuan teknis.

E. Penjurian

1. Penilaian dilakukan dengan melihat kekuatan dan kesesuaian tema dengan pesan yang disampaikan lewat hasil film.
2. Penilaian Keindahan (estetika) melalui penyajian film berupa: Penyutradaraan, Sinematografi, penyuntingan, dan sebagainya
3. Film  yang  diciptakan  mampu  membangkitkan  rasa kebangsasan atau nasionalisme masyarakat.
4. Film yang diciptakan mampu membangun kesadaran tentang nilai-nilai kebersamaan, kemanusiaan, dan budi pekeri yang luhur.
5. Apabila  diketahui  telah  terjadi pelanggaran  atas mekanisme  pelaksanaan  lomba,  baik  dalam  tahap pra-produksi, tahap produksi, maupun pasca-produksi, maka dewan juri dan penyelenggara akan dianulir dan/ atau dibatalkan penghargaannya.

Format Penilaian


Lampiran 2. Format Administratif Karya Film Pendek Peserta

Halaman COVER:

(JUDUL KARYA)

KARYA:
NAMA:………………………………………… (ASAL SEKOLAH) 
NAMA: ………………………………………… (ASAL SEKOLAH)
NAMA: ……………………………………........ (ASAL SEKOLAH)

(LOGO PROVINSI)

Halaman 1:

IDE POKOK (dirumuskan dalam satu kalimat yang berisi gagasan dasar. Gagasan dasar ini merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton)

SINOPSIS (1 Paragraf)

Halaman 2 dan seterusnya:

SKENARIO

NAMA PEMAIN



NAMA TIM PRODUKSI
Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar menyelenggarakan Festival Film Pendek
yang diikuti seluruh sekolah menengah dan yang sederajat di kantor dinas Departemen Pendidikan.
Pemenang dari SMA akan diberangkatkan berlaga di FLS2N tingkat propinsi.
Tahun lalu yang berangkat adalah BARA Film Production dari SMAN 1 Talun. 

Berikut juknis buat lomba film pendek di FLS2N 2015.

A. Latar Belakang

Film bukanlah merupakan hal baru dalam kehidupan masyarakat, dan juga tidak hanya sebagai media hiburan saja   melainkan  sebagai  media  komunikasi  antara pembuat film dengan penontonnya. Di samping itu, film juga merupakan wahana edukasi yang efektif di tengah masyarakat yang antara lain bertujuan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman baru, maupun perubahan prilaku dan pola piker di tengah masyarakat.
Di Indonesia, berbagai jenis film sudah mulai merebak. Film  pendek  merupakan  salah  satu  jenis  film  yang sedang tersorot dewasa ini.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), generasi muda Indonesia, termasuk pelajar/siswa  sudah  makin  antusias  dalam  mencari, menyaksikan, bahkan membuat film pendek. Melalui berbagai karya film pendek yang telah dihasilkan, dapat dipandang sebagai bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia saat ini mampu berkarya untuk memajukan dunia perfilman nasional melalui ajang festival yang diadakan  oleh lembaga dalam maupun luar negeri. Mereka kini sudah mulai berlomba untuk bersaing dalam membuat dan mengikuti berbagai festival-festival film pendek (Media Indonesia, 2008).
Tumbuhnya minat  menonton dan  minat mencipta di klub-klub film amatir di beberapa SMA kini sudah mulai menyaingi popularitas kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Menyadari dan berkaca pada realitas tersebut  di atas, Pemerintah melalui Direktorat  Pembinaan SMA,  Direktorat Jenderal Pendidikan  Menengah – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejak tahun 2014 telah melakukan fasilitasi dengan memunculkan Lomba Film Pendek dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) untuk pertama kalinya di Semarang – Jawa Tengah.
Pada penyelenggaraan FLS2N tahun 2015, Lomba Film Pendek  tetap  diselenggarakan  mengingat  besarnya minat dan potensi para siswa SMA di Indonesia terhadap kreativitas film.
TOR  merupakan  panduan  pelaksanaan  Lomba  Film Pendek  FLS2N 2015 yang diselenggarakan di  Kota Palembang – Sumetera Selatan.

B. Tujuan

Tujuan pelaksanaan Lomba Film Pendek FLS2N 2015, adalah:

1. Menumbuhkan kesadaran siswa tentang  pentingnya pendidikan menengah atas bagi  kemajuan  bangsa melalui media film.
2. Menggugah masyarakat, terutama generasi muda, agar kritis terhadap pentingnya pendidikan menengah  atas sebagai pilar kemajuan bangsa melalui media film.

C. Sasaran

Sasaran pelaksanaan kegiatan Lomba Film Pendek Tingkat SMA pada  FLS2N Tahun 2015, adalah sebanyak 102 (seratus dua) orang siswa SMA Negeri/Swasta di Seluruh Indonesia, dengan perincian 3 (tiga) orang peserta per- Provinsi.

I. KONSEP FILM PENDEK, KONSEP LOMBA, DAN TEMA LOMBA

A. Definisi Film Pendek

Film  pendek  adalah  sebuah  karya  audio-visual  yang berdurasi  pendek  dan  bercerita  dengan singkat.  Satu situasi yang terjadi dalam kehidupan tokoh atau subyek tertentu yang mencerminkan tema.

B. Jenis Film Pendek

1. Film Drama (Fiksi) dikenal sebagai film yang memiliki alur  cerita dan  konflik, digerakkan oleh tokoh yang memiliki motif (alasan)  tertentu. Tokoh  ini  kemudian ‘membawa’ penonton masuk ke dalam sebuah situasi atau peristiwa.
2. Film Non-Drama (Dokumenter) menyajikan fakta/realita melalui berbagai cara dan tujuan. Sifatnya orisinil dan otentik yang memiliki keakuratan,  logis, dan didasari data yang valid. Karakter yang  dimunculkan mewakili orang atau subjek tertentu yang keberadaanya faktual dan otentik dan relevan dengan realitas tertentu.

C. Konsep Lomba

Lomba film pendek ini dikemas dalam konsep “Road Movie”, yakni film yang peristiwanya menggambarkan perjalanan tokoh atau subyek tertentu dari satu tempat ke tempat lainnya. Konsep “Road Movie” dalam lomba film pendek ini diarahkan untuk mempromosikan nilai-nilai tertentu melalui karya film sesuai dengan tema lomba.

Masing-masing karya film pendek peserta bercerita tentang ‘perjalanan’ atau ‘peristiwa’ tentang seorang manusia atau suatu subyek yang merupakan cerminan kisah atau sudut pandang pembuatnya. Sehingga karya film tersebut mampu menggambarkan ruang dan waktu di mana pembuatnya hidup.

D. Tema Lomba

Tema lomba adalah “Mewujudkan  Revolusi  Mental Lewat Seni”.

Pengertian tema lomba tersebut adalah gerakan perubahan pola prilaku, pola pikir, dan/atau budaya tertentu secara sesegera mungkin melalui strategi tertentu. Seni dipandang sebagai salah satu cara yang strategis dalam mewujudkan revolusi mental tersebut melalui pesan-pesan perubahan yang disampaikan dalam karya seni tertentu.

II. KRITERIA PESERTA DAN KRITERIA KARYA

A. Kriteria Peserta

Masing-masing Provinsi menyertakan 1 (satu) tim produksi lomba film pendek yang terdiri atas 3 (tiga) orang peserta, dengan kriteria peseta sebagai berikut:

1. Siswa Kelas X dan/atau Kelas XI SMA Negeri/Swasta dari  Provinsi  bersangkutan,  yang  dibuktikan  dengan Surat  Keterangan  dari  Kepala  SMA  masing-masing peserta.
2. Para peserta memiliki kemampuan membuat film.
3. Para peserta merupakan pemenang terbaik dari  hasil seleksi  Lomba  Film  Pendek  tingkat  Provinsi  Tahun 2015, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, maupun oleh pihak lain (Dinas lain di tingkat Provinsi,   Komunitas   Film   di   Provinsi,   dsb.)   yang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi, yang dibuktikan dengan Berita Acara Dewan Juri pelaksanaan Lomba Film Pendek tingkat Provinsi Tahun 2015.
4. Para  peserta  merupakan  tim  Provinsi   (perwakilan Provinsi). Dapat berasal dari SMA yang sama, maupun dari SMA   berbeda, yang berasal dari  Provinsi yang bersangkutan.

B. Kriteria Karya

Kriteria Karya Film Pendek yang disertakan dalam Lomba Film Pendek, mencakup Kriteria Isi, Kriteria Teknis, dan Kriteria Administratif.

1. Kriteria Isi

a. Berisi saran, imbauan, seruan, dan solusi  sesuai dengan tema lomba.
b. Isi film harus menarik, komunikatif, dan inspiratif.

Menarik: Konsep  Road  Movie  akan menggambarkan   lokasi yang  menarik atau suasana dan kebiasaan tertentu dari daerah atau wilayah (tempat tinggal) para pembuat film, yang kemudian menjadi latar belakang dari cerita dan pesan yang akan disampaikan.
Komunikatif: Kekuatan film adalah menggunakan unsur gambar (visual) dalam menuturkan cerita atau menyampaikan pesan. Unsur suara (dialog, musik,  Sound  effect) tetap dapat digunakan sebagai penunjang.
Inspiratif: Isi Film dapat membangkitkan kesadaran masyarakat umum khususnya para pemuda dan pelajar bahwa pendidikan memiliki peran dalam pembentukan karakter anak bangsa.

c. Merupakan ekspresi yang bersifat bebas tetapi tetap menjaga nilai-nilai kesopanan, tidak  menyinggung SARA, dan tidak mengandung unsur pornografi.
d. Menekankan ide atau gagasan dengan tetap mempertimbangkan unsur keindahan dari  sudut teknis, baik kamera, artistik, pengadeganan, musik, dan editing.
e. Film  bersifat Open  Ending karena film yang menjadi pemenang di propinsi/kota harus  memiliki keterkaitan dengan lokasi final lomba film  pendek diadakan FLS2N 2015, yaitu di Kota Palembang – Sumatera Selatan.
f. Kerangka Isi Karya Film (Kerangka Program)

1) Starting : Logo Provinsi
2) Opening : Main Title
3) Content (Isi Film)
4) Ending: Fade Out
5) Closing:
-Credit Title (Nama Pemain dan Tim Produksi)
- Ucapan Terimakasih/Dedikasi
-Imposing Copyright FLS2N 2015 – Direktorat Pembinaan SMA
-Blank

2. Kriteria Teknis

a. Durasi Film: Maksimal 3 (tiga) Menit.
b. Film dibuat dengan memanfaatkan teknologi digital, dengan ketentuan:
1) Menggunakan kamera digital (DSLR,  Handy- Cam, GoPro, dsb.) atau piranti  (gadget) jenis lainnya yang menggunakan  format HD (High Definition).
2) Hasil Akhir berbentuk data, dengan alternative format:
Quicktime Movie (mov), sound rate:  48.000 khz, size: 16 bit. 25 Fps, dengan Aspec Ratio: 16:9.
Mpeg 4 (Mp 4), Image size: 1920x1080 HD,
1280x720 HD, 25 Fps, Audio: Rate 48000 khz size 16 bit, dengan Aspec Ratio: 16:9
c. Tidak menggunakan footage, dan stock-shot gambar yang dibuat oleh orang di luar anggota tim.
d. Tidak menggunakan musik/lagu, tanpa ijin  pemilik hak cipta karya tersebut.

3. Kriteria Administratif (Format Terlampir)

a. IDE POKOK dirumuskan dalam satu kalimat  yang berisi gagasan dasar. Gagasan dasar ini merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.
b. SINOPSIS sebanyak 1 (satu) paragraf.
c. SKENARIO yang harus selesai dalam waktu yang telah ditetapkan.

III. MEKANISME PELAKSANAAN LOMBA

Pelaksanaan Lomba Film Pendek FLS2N Tahun 2015 dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut.

A. Tahap Pra-Produksi

1. Konsep road movie sangat berhubungan dengan lokasi shooting karena memiliki kontribusi kuat pada TEMA. Lokasi shooting menjadi latar belakang cerita. Keutuhan cerita terbentuk antara lokasi shooting   pembuat film dan lokasi final film pendek yang akan dilangsungkan di Palembang. Para peserta harus menghasilkan karya film yang isinya  mengkombinasikan gambar-gambar film  yang  berlokasi  di  daerah  asal  peserta  dengan lokasi tempat pelaksanaan FLS2N 2015 (Palembang – Sumatera  Selatan). Catatan:  Apabila  merupakan tuntutan  skenario, para  peserta diperbolehkan melakukan  pengambilan gambar saat melakukan perjalanan dari daerah asal masing-masing menuju kota tempat penyelenggaraan FLS2N 2015.
2. Penyelenggara telah menetapkan 3 (tiga) tempat/lokasi pengambilan gambar di Palembang, yaitu:

a. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya  atau sebelumnya  dikenal dengan nama Situs Karanganyar. Taman purbakala bekas kawasan permukiman dan taman berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepi utara Sungai Musi di kota Palembang, Sumatera Selatan.
b. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II,  letaknya di tepi sungai Musi bersebelahan dengan Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera.
c. Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil  di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari   Jembatan Ampera.

3. Masing-masing tim peserta akan ditempatkan di lokasi yang berbeda, yang penentuannya akan dilakukan saat pertemuan teknis di Palembang.
4. Untuk mempermudah dalam pengembangan skenario, para    peserta  pemenang hasil seleksi provinsi disarankan untuk  melihat gambar-gambar lokasi di ajang FLS2N 2015. Masing-masing lokasi yang diunduh di situs: http://psma.kemdibud.go.id.
Catatan: meskipun masing-masing tim peserta akan  ditempatkan  pada 1 (satu) lokasi pengambilan gambar saja, namun masing-masing  tim  peserta disarankan menyiapkan 3 (tiga) konsep skenario sesuai dengan 3 (tiga) lokasi tersebut.
5. Persyaratan administratif sebagaimana tertera pada ketentuan III. B. 3, butir a, b, dan c, harus diserahkan kepada panyelenggara/deawan juri dalam batas waktu yang akan ditentukan saat pertemuan teknis.

B. Tahap Produksi

1. Masing-masing Tim Peserta akan  melakukan pengambilan gambar di lokasi yang telah  ditetapkan dalam pertemuan teknis.
2. Waktu pengambilan gambar selama 1 (satu) hari.
3. Setiap peserta diharuskan berkarya dengan tertib, tenang, dan tidak merusak yang ada di  lokasi pengambilan gambar.
4. Setiap peserta dilarang membantu dan dibantu  oleh peserta di luar tim atau pihak manapun.
5. Peralatan produksi (kamera, lighting,  sound-sistem, property, dsb.) harus disiapkan oleh masing-masing tim produksi peserta sesuai dengan kebutuhannya.

C. Tahap Pasca-Produksi

1. Setiap tim peserta harus melakukan proses pasca-produksi   (editing,  pengisian musik,  sound-effect, grafis, dsb.) pada tempat yang telah  ditentukan oleh penyelenggara.
2. Waktu pelaksanaan pasca-produksi selama 1 (satu) hari.
3. Setiap tim peserta diharuskan berkarya dengan tertib, tenang, dan tidak merusak yang ada di lokasi  pasca- produksi.
4. Setiap tim peserta dilarang membantu dan dibantu oleh peserta di luar tim atau pihak manapun dalam produksi pasca-produksi.
5. Peralatan  pasca-produksi harus disiapkan oleh masing-masing  tim produksi peserta sesuai dengan kebutuhannya.

D. Penyerahan Hasil Karya

1. Karya dikumpulkan menggunakan media flash disk masing-masing tim peserta kepada  penyelenggara/ dewan  juri  dengan  memperhatikan  ketentuan  yang terdapat pada ketentuan III. B. 1. Butir f dan Ketentuan III. B. 2. Butir a dan b dalam panduan/TOR ini.
2. Tenggat waktu (dead-line) penyerahan hasil karya para peserta akan ditentukan dalam pertemuan teknis.

E. Penjurian

1. Penilaian dilakukan dengan melihat kekuatan dan kesesuaian tema dengan pesan yang disampaikan lewat hasil film.
2. Penilaian Keindahan (estetika) melalui penyajian film berupa: Penyutradaraan, Sinematografi, penyuntingan, dan sebagainya
3. Film  yang  diciptakan  mampu  membangkitkan  rasa kebangsasan atau nasionalisme masyarakat.
4. Film yang diciptakan mampu membangun kesadaran tentang nilai-nilai kebersamaan, kemanusiaan, dan budi pekeri yang luhur.
5. Apabila  diketahui  telah  terjadi pelanggaran  atas mekanisme  pelaksanaan  lomba,  baik  dalam  tahap pra-produksi, tahap produksi, maupun pasca-produksi, maka dewan juri dan penyelenggara akan dianulir dan/ atau dibatalkan penghargaannya.

Format Penilaian


Lampiran 2. Format Administratif Karya Film Pendek Peserta

Halaman COVER:

(JUDUL KARYA)

KARYA:
NAMA:………………………………………… (ASAL SEKOLAH) 
NAMA: ………………………………………… (ASAL SEKOLAH)
NAMA: ……………………………………........ (ASAL SEKOLAH)

(LOGO PROVINSI)

Halaman 1:

IDE POKOK (dirumuskan dalam satu kalimat yang berisi gagasan dasar. Gagasan dasar ini merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton)

SINOPSIS (1 Paragraf)

Halaman 2 dan seterusnya:

SKENARIO

NAMA PEMAIN



NAMA TIM PRODUKSI
Baca
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011.    WLINGIWOOD - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template supported super blog pedia
Proudly powered by Blogger